Hari AIDS Sedunia dan Peran Rumah Sakit

Lihatlah kalender anda!! Dalam setahun, pasti kita akan menemukan beberapa hari khusus yang diperuntukkan bagi hal-hal bersejarah. Misalnya saja, setiap tanggal 17 Agustus kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia , termasuk para pahlawan yang telah gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan kita. Atau tanggal 28 November yang diperingati sebagai hari pahlawan dan 12 November sebagai hari kesehatan . Akan tetapi, kemudian muncul Hari AIDS sedunia yang kita peringati setiap tanggal 1 Desember. Untuk apakah AIDS sedunia ini? Apa yang ingin diperingati? Mengapa menjadi penting?

AIDS adalah kumpulan gejala-gejala penyakit atau Sidrom yang disebabkan oleh Virus HIV yang menyerang kekebalan tubuh sang penderitanya. Begitu ganasnya AIDS ini hingga Badan Kesehatan Dunia/WHO merasa perlu menetapkan 1 hari dalam setiap tahunnya sebagai hari AIDS sedunia. Awal pertama kali ditemukan virus HIV ini pada sebuah Negara kecil di Benua Afrika dan hingga pada saat ini kita dapat menemukan di seluruh dunia para penderita HIV/AIDS sehingga WHO telah menetapkannya sebagai bahaya Pandemi atau “mendunia”.

AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada bulan Mei 1987 di pulau Dewata Bali pada seorang wisatawan asing yang kini telah meninggal dunia. Kasus penularan HIV/AIDS ini paling sering melalui hubungan seks bebas serta penggunaan jarum suntik pada pengguna NARKOBA. Hingga saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di dunia maupun di Indonesia sendiri sangat sulit dipastikan, sebab jumlah penderita yang timbul dipermukaan diperkirakan jauh lebih sedikit dari yang tidak terekspose (Fenomena gunung Es).

Jumlah penderita HIV dan AIDS di Indonesia semakin memprihatinkan. Hingga periode 2009, pemerintah mendata sekitar 298 ribu orang Indonesia hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA). Yang memprihatinkan secara kumulatif data Departemen Kesehatan hingga September 2009 hanya tercatat 18.442 kasus AIDS, hal ini disampaikan oleh Menko Kesra Agung Laksono pada seminar Pekan Kondom Nasional Senin 30 November 2009 Kemarin.

Data memperlihatkan bahwa rata-rata kumulatif kasus tertinggi AIDS, lima besar provinsi meliputi Papua 17,9% dari angka nasional, Bali 5.3%, DKI Jakarta 3.8%, Kepulaun Riau 3.4% dan Kalimantan barat 2.2%. sedangkan untuk cara penularannya, mayoritas melalui hubungan heteroseksual sebanyak 49,7%, Narkoba suntik 49.7% dan Pria Homoseksual sebesar 3.4%. Penderita HIV dan AIDS mayoritas adalah mereka yang masih dalam usia produktif, jika diklasifikasikan berdasarkan umur maka mayoritas adalah berusia 20-29 Tahun sebesar 49.57%, usia 30-39 Tahun sebesar 29.84% dan Usia 40-49 Tahun 8.71%. (Fajar, 1 Desember 2009).

Dari segi ekonomi dapat dibayangkan banyaknya produktivitas yang hilang dari para penderita HIV/AIDS yang sakit maupun yang telah meninggal dunia. Sebagai contoh seorang penderita AIDS yang meninggal pada umur produktif semisal 45 tahun (angka harapan hidup 65 tahun), years of life lost yang hilang sebanyak 20 tahun. Dan jika ada 100 kasus yang sama YLL sebesar 2.000 tahun atau jika di Rupiahkan (upah minimum regional Rp.700.000/ bulan) kerugian yang timbul sebesar Rp.16,8 Milyar. Sungguh angka yang sangat besar dari segi ekonomi itupun hanya untuk 100 kasus saja.

Peran Rumah Sakit

Menurut H.L Blum, terdapat sedikitnya empat faktor yang menentukan derajat kesehatan masyarakat disuatu wilayah yang meliputi lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan Herediter. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi penyedia pelayanan kesehatan, pengobatan serta pusat rujukan, memiliki peran yang sangat penting dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam hal ini ikut terlibat dalam upaya pemberantasan kasus HIV dan AIDS di Indonesia.

Pada Awal tahun 2005 keluar sebuah kebijakan tentang VCT (Voluntery Consultating Testing). Dengan melihat epidemi HIV/AIDS sudah mencapai tingkat terkonsentrasi pada sub populasi tertentu sehingga kelihatannya masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya masalah medis saja tapi juga sudah menjadi masalah Kesehatan Masyarakat (sosial dan ekonomi) yg sangat luas sehingga penanganannya harus berdasarkan pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder, tertier, salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui apakah seseorang menderita HIV melalui konseling dan tes sukarela bukan dipaksa atau diwajibkan. Hal ini yang melatar belakangi timbulnya kebijakan mengenai upaya untuk mendeteksi dini melalui pelayanan konseling dan tes secara sukarela (VCT).

VCT merupakan pintu masuk (entry point) untuk membantu setiap orang mendapatkan akses kesemua pelayanan baik informasi edukasi terapi atau dukungan psiko sosial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan akan informasi yang akurat & tepat dpt dicapai, sehingga proses pikir, perasaan & perilaku dpt diarahkan kepada perubahan perilaku yang lebih sehat.

Dengan demikian tersedianya tempat pelayanan konseling dan testing yang berkualitas merupakan kebutuhan guna memberikan Pelayanan, baik kepada masyarakat yg berperilaku resiko tinggi maupun masyarakat umum.

Tema peringatan Hari AIDS sedunia tahun 2009 telah ditetapkan secara universal yakni “Universal Access dan Human Right”. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada kita semua bahwa kesehatan adalah hak asasi dari setiap manusia dan peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi semua masyarakat termasuk para penderita HIV dan AIDS harus secara merata dan adalah “wajib hukumnya”.

Perlu dilakukan upaya bersama untuk menyediakan akses informasi HIV dan AIDS, pencegahan, dukungan dan pengobatan bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan. Hingga saat ini di Propinsi Sulawesi Selatan baru RS Wahidin dan RS Labuang Baji yang merawat pasien HIV/AIDS dan direncanakan pada tahun 2010 mendatang, RS Pelamonia dan RS Daya disiapkan menerima atau merawat pasien HIV/AIDS.

Kesiapan sebuah rumah sakit untuk merawat pasien dengan HIV dan AIDS harus menjadi perhatian utama. Kesiapan rumah sakit dalam hal ini dapat dilihat dari: 1) Ketersediaan sumber daya manusia seperti petugas medis dan non medis yang terampil dan memiliki kompetensi yang cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien; 2) Ketersediaan fasilitas kesehatan yang meliputi sarana dan prasarana medis dan penunjang dalam mendukung proses perawatan pasien; 3) serta yang harus juga menjadi perhatian penting adalah penciptaan budaya ‘safety’ dalam bekerja bagi para petugas medis dan non medis untuk mencegah rantai penularan kasus HIV dan AIDS dari para penderita ke petugas kesehatan.

Dalam ilmu promosi kesehatan khususnya dalam merancang sebuah program dengan melaksanakan community need assessments terdapat tiga cara yang harus diperhatikan, yang pertama adalah apakah kita akan merancang sebuah program berdasarkan isu seperti tingginya kasus HIV, dst; Kedua berdasarkan populasi seperti para pengguna jarum suntik, dst; serta yang ketiga berdasarkan setting seperti: rumah sakit, tempat-tempat prostitusi, dst.

Tahun 2009 ini, dimakassar, khususnya RS Wahidin Sudirohusodo telah merawat sebanyak 151 pasien baru sejak 1 januari hingga 31 oktober. Dari 151 pasien yang dirawat tersebut, 70% di antaranya tertular melalui penggunaan jarum suntik narkoba dan 30% melalui hubungan seks.

Melihat beberapa fakta tersebut, sudah saatnya upaya-upaya promosi kesehatan juga memperhatikan rumah sakit menjadi salah satu “setting” dalam kegiatan-kegiatan promosi dalam meningkatkan akses informasi masyarakat pada umumnya serta para penderita HIV dan AIDS pada khususnya.

Pada akhirnya rumah sakit diharapkan dapat memainkan perannya dalam upaya penurunan jumlah kasus dan penyebaran HIV AIDS di Indonesia dengan menyediakan akses pengobatan dan perawatan bagi penderita, sebagai tempat memperoleh informasi, konsultasi dan promosi mengenai HIV AIDS baik bagi penderita maupun bagi masyarakat, serta yang tak kalah penting adalah bagaimana rumah sakit dapat menjadi pusat penelitian dari segi medis maupun non medis dalam upaya-upaya menciptakan strategi dalam upaya penurunan kasus HIV AIDS di Indonesia.

Semoga kedepannya kita dapat memperingati hari AIDS sedunia dengan tidak lagi dikagetkan dengan angka-angka penderita yang terus meningkat dari tahun ketahun setiap kita memperingati hari tersebut.

Irwandy,

Alumni Magister Administrasi Rumah Sakit

FKM UNHAS

2 Comments

Tinggalkan komentar